Tuesday, 29 November 2016

Sejarah Kerajaan Majapahit


Berkat bantuan seorang bupati Sumenep, Aryawirarraja akhirnya Raden Wijaya dapat mengabdi kepada Jayakatwang raja Kediri. Karena sesungguhnya dalam mengabdi kepada raja Kediri tersebut, Raden Wijaya kemudian mendapat hadiah sebuah daerah yang masih berhutan lebat bernama Tarik.
Atas bantuan orang-orang Madura dari Sumenep serta orang-orang Jayakatwang, maka Raden Wijaya berhasil membangun daerah pemukiman baru yang sangat subur. Ketika sedang membangun daerah pemukiman baru yang sangat subur. Ketika sedang membangun daerah yang masih berhutan tersebut banyak tumbuh pohon maja dengan buahnya yang terasa pahit sekali, maka daerah itu diberi nama Majapahit.

1.    Kertarajasa Jayawardhana
Tidak lama setelah Raden Wijaya berhasil membangun daerahnya, maka Majapahit mengalami pertumbuhan pesat sekali. Sementara itu, pasukan balatentara China yang dikirim oleh Khubilai Khan dengan menggunakan 1000 buah kapal perang membawa balatentara berkekuatan 20.000 orang prajurit mendarat di Tuban dan sebagian lagi mendarat di dekat Surabaya, bennaksud ingin menaklukkan kerajaan Singasari dan sekaligus ingin menghukum Kertanegara, akan tetapi Kertanegara sudah wafat. Kedatangan balatentara dari negeri China yang cukup besar itu tidak disia-siakan. Raden wijaya berhasil bergabung dan sekaligus memperdaya pasukan dari negeri China tersebut untuk menggempur Kediri dari berbagai jurusan secara bersama-sama yang oieh balatentara China dianggap sebagai raja Jawa yang harus bertanggung jawab atas penghinaan terhadap Khubilai Khan.
Pertempuran sengit terjadi di berbagai penjuru, Jayakatwang beserta pasukannya dari  Kediri yang berusaha mempertahankan diri berhasil dihancurkan. Sedangkan Jayakatwang dan putranya, Ardaraja tidak diketahui nasibnya. Tetapi, ada kemungkinan mereka tewas ketika melawan pasukan balatentara dari China dan pasukan Raden  Wijaya.
Setelah mencapai kemenangan balatentara dari negeri China itu bersuka-ria dengan  melakukan pestaria sambil  mabuk-mabukkan.  sehingga mereka lupa akan keadaan di sekitamya. Kesempatan ini dimanfaatkan oleh Raden Wijaya beserta pasukannya yang dibantu oleh Aryawiraraja dan pasukannya melakukan penyerangan mendadak terhadap balatentara China yang sedang berpestaria dan mabuk-mabukkan tersebut. Akibat serangan yang mendadak ini banyak menimbulkan korban, terutama di pihak balatentara China.
Sebagian kecil pasukan China dengan tergesa-gesa melarikan diri dari kejaran pasukan Raden Wijaya. Dan selanjutnya mereka pulang ke negerinya.
Tidak lama kemudian pasukan ekspedisi Pamalayu tiba kembali di Singasari. Tetapi setelah mengetahui bahwa Kertanegara sudah wafat, maka pasukan tersebut kemudian menggabungkan diri dengan pasukan Raden Wijaya.
Setelah memperoleh kemenangan menghancurkan Jayakatwang dan balatentara tentara dari negeri China, Raden Wijaya naik tahta menjadi raja pertama di kerajaan Majapahit dengan gelar Kertarajasa Jayawardhana. Selama memerintah ia berhasil membawa rakyatnya ke jenjang kemakmuran karena beliau bertindak sangat arif dan bijaksana.
Pada tahun 1309 Masehi, Kertarajasa Jayawardhana wafat. Beliau kemudian digantikan oleh putranya bemama Jayanegara. Sedangkan Kertarajasa Jayawardhana dimakamkan/dimuliakan  di dua tempat, yaitu di dalam candi Siwa, yaitu candi Sumberjati di sebelah Blitar. Dari candi inilah kemudian ditemukan arca/patung perwujudan dari raja Kertarajasa yang amat indah. Area perwujudan Kertarajasa Jayawardhana berbentuk. Harihara, yaitu Wisnu dan Siwa dalam satu area tersebut.
2.    Jayanegara
Pada masa pemerintahan Jayanegara, roda pemerintahannya banyak mengalami kesulitan. terutama timbulnya berbagai pemberontakan yang dilakukan oleh orang-orang dalam pemerintahan kerajaan sendiri. Hal ini diakibatkan adanya perlakuan tidak adil dari raja Jayanegara itu sendiri. Pemberontakan pertama dilakukan oleh Rangga Lawe yang berkedudukan di Tuban, Jawa Timur. Pemberontakan tersebut diakibatkan  rasa tidak puas, karena Rangga Lawe tidak diangkat sebagai patih Majapahit. Justru yang diangkat ialah putra Wiraraja yang bernama Nambi. Pemberontakan Rangga Lawe dapat dipadamkan pada tahun 1309Masehi.
Pemberontakan selanjutnya dilakukan oleh Sora pada tahun 1311 Masehi dan dapat dipadamkan. Kemudian pada tahun 1319 Masehi pecah lagi pemberontakan yang ketiga kalinya yang dilakukan oleh patih Majapahit yaitu Nambi. Dengan cara membuat benteng pertahanan di Pajarakan, daerah kekuasaan ayahnya, Aryawiraraja. Akibatnya timbul pertempuran seru diantara pasukan Majapahit melawan kaum pemberontak di daerah Pajarakan, dan Lumajang. Nambi beserta keluarganya dan pasukannya akhimya berhasil dibunuh dan ditumpas habis.
Kemudian pemberontakan yang dianggap paling berbahaya adalah pemberontakan yang dipimpin oleh salah seorang Dharmaputra/pejabat kerajaan yang berkewajiban untuk mempertahankan kelangsungan kekuasaan raja yang juga mengemban tugas untuk menjaga agar keadilan dan kebenaran tetap terjamin, benama Kuti pada tahun 1319 Masehi. Dalam pemberontakan tersebut, ibukota Majapahit berhasil diduduki pihak pemberontak. Raja Jayanegara terpaksa menyingkir ke luar kota. Dalam pengasingannya keluar kota, Jayanegara mendapat kawalan dan perlindungan 15 orang Bhayangkari (pengawal raja), dibawah pimpinan Bekel Gajahmada. Setelah berhasil menyembunyikan raja Jayanegara, Bekel Gajahmada kembali ke ibukota Majapahit sambil menghimpun kekuatan serta mengajak para pengikut yang masih setia kepada raja Jayanegara untuk menumpas kaum pemberontak tersebut. Akhirnya Kuti dan pasukannya berhasil ditumpas habis. Raja Jayanegara dapat kembali ke ibukota Majapahit. Bekel Gajahmada yang berjasa menyelamatkan sang raja sekaligus menumpas kaum pemberontak diangkat sebagai patih Kediri. Pada Tahun 1328 Masehi, raja Jayanegara wafat. Selama 19 tahun bertahta, beliau tidak mempunyai keturunan. Sebagai penggantinya yang sah adalah Gayatri  atau  Rajapatni  (permaisuri  Kertarajasa).  Tetapi  Gayatri menolak, karena telah mengabdikan dirinya menjadi Bhiksuni. Maka untuk mewakili ibunya diangkatlah putrinya yang bernama Bhre Kahuripan untuk menjaiankan roda pemerintahan kerajaan Majapahit. Kemudian Bhre Kahuripan bergelar sebagai Tribhuwanattunggadewi Jaya Wisnuwardhani.

3.   Tribhuwanattunggadewi Jaya Wisnuwardhani
Pada tahun 1331 Masehi semasa pemerintahan ratu Tribhuwanattunggadewi terjadi suatu pemberontakan yang dikenal dengan sebutan pemberontakan Sadeng. Atas anjuran perdana mentri Majapahit mengusulkan agar Gajahmada diangkat menjadi panglima pasukan kerajaan Majapahit. Usul itu diterima sang ratu. Kemudian Gajahmada kembali mendapat kepercayaan untuk memimpin pasukan Majapahit untuk menumpas kaum pemberontakan tersebut. Akhirnya, pemberontakan Sadeng dalam waktu yang singkat dapat ditumpas oleh Gajahmada beserta pasukannya.
Sebagai penghargaan atas keberhasilan itu, Gajahmada pada tahun 1331 Masehi diangkat sebagai perdana mentri (mangkubumi) Majapahit menggantikan Arya Tdah (Mpu Naga), karena alasan kesehatan.
Pada upacara pelantikan sebagai perdana mentri Majapahit itulah Gajahmada mengucapkan sumpahnya yang terkenal, yaitu Sumpah Palapa. Isi Sumpah Palapa Gajahmada adalah : Bahwa ia tidak akan merasakan palapa, sebelum seluruh Nusantara berada satu payung dengan Majapahit. Makna dari palapa ialah tidak akan merasakan kenikmatan duniawi. Kesungguhan sumpahnya itu dapat diketahui betapa besarnya rasa tanggung jawab serta kebulatan hatinya kepada kerajaan Majapahit.
Langkah pertama pada tahun 1345 Masehi untuk mewujudkan cita-citanya itu Gajahmada memimpin langsung penaklukan terhadap Bali disertai Adityawarman seorang bangsawan dari kerajaan Malayu berdarah Majapahit. Usahanya tersebut berhasil dengan baik dan Bali menjadi taklukan Majapahit.
Selanjutnya untuk memperkokoh keberadaan kerajaan Majapahit, setelah menaklukan Bali agar usaha penyatuan Nusantara dapat berjalan lancar, maka Adityarwarman ditempatkan di Malayu. Kemudian memindahkan ibukota kerajaan ke Pagaruyung. Yang selanjutnya tumbuh menjadi kerajaan yang besar, kemudian dikenal sebagai kerajaan Malayu Pagaruyung. Walaupun begitu Adityawarman masih mengakui dirinya saudara dengan Rajapatni dari kerajaan Majapahit. Sedangkan Gajahmada meneruskan usahanya untuk menyatukan wilayah Nusantara dari satu daerah ke daerah lainnya.
Bertepatan dengan wafatnya Rajapatni pada tahun 1350 Masehi ratu Tribhuwanattunggadewi Jayawisnuwardhani mengundurkan diri dari tahta Majapahit. Kemudian, ia menyerahkan kekuasannya kepada putranya yang masih sangat belia. usianya sekitar 16 tahun yang lahir pada tahun 1334 Masehi bernama Hayam Wuruk (Ayam Jantan). Hayam Wuruk kemudian bergelar sebagai Rajasanagara.

4.   Rajasanagara
Semasa pemerintahan raja Hayam Wuruk selama 40 tahun dengan didampingi Gajahmada, maka kerajaan Majapahit mencapai puncak keemasan. Sumpah Palapa Gajahmada dapat diwujudkan. Seluruh Nusantara termasuk Tumasik dan Semenanjung Malaya berada di bawah satu payung Majapahit. Begitu pula hubungan persahabatan dengan kerajaan-kerajaan, seperti Syangka (Muangthai). Marutma (Myanmar), Campa, China dan Kamboja dapat terbina dengan baik mereka saling menghormati keberadaannya satu sama lainnya.
Di dalam usaha ingin mempersatukan Nusantara, ternyata tidak selalu berjalan dengan mulus, masih ada salah satu kerajaan. yaitu kerajaan Pakuan di Jawa Barat yang tidak mau begitu saja tunduk dan bersatu dengan Majapahit. Pada waktu itu raja Sunda tersebut diperintah oleh Sri Baduga. Maharaja Putra Rahyang Dewaniskala, cucu dari Rahyang Niskalawastukancana. Dalam usaha penaklukannya terhadap kerajaan Pakuan, Gajah Mada mengalami kegagalan dua kali.Kemudian Gajah Mada mengatur siasat agar kerajaan Pakuan tersebut dapat bersatu dengan Majapahit dengan cara meminang seorang Sri Baduga untuk dijadikan permaisuri Raja Hayam Wuruk. Lamaran tersebut diterima. Ketika Sri Baduga mengantarkan putrinya bernama Dyah Pitaloka ke Majapahit terjadilah perselisihan. Sri Baduga menginginkan agar Raja Hayam Wuruk datang menjemput calon istrinya di lapangan Bubat. Sebaliknya Gajah Mada menginginkan agar Sri Baduga sendiri mengantarkan putrinya itu ke keraton Majapahit. Tetapi, keduanya bersikeras dan teguh kepada pendiriannya masing-masing. Karena tidak dapat diselesaikan, akhirnya timbul pertumpahan darah di lapangan Bubat. Sri Baduga beserta putrinya dan semua pengiring serta pengawalnya tewas.
Selanjutnya untuk memelihara agar persatuan dan kesatuan semakin kukuh serta keamanan di laut antar pulau benar-benar aman dari gangguan, maka laut terutama Laut China Selatan dan Laut Suluh dibentuklah kekuatan armada laut yang sangat tangguh di bawah pimpinan Laksamana Nala.
Di bidang sosial budaya pada masa pemerintahan Hayam Wuruk mengalami pertumbuhan yang pesat pula. Misalnya dalam bidang seni bangunan banyak dibangun candi, seperti candi Swentar di Blitar, candi Tikus di Trowulan Mojokerto, candi Jabing dekat Krakasan, candi Tigawangi dan candi Surawana keduanya dekat Pare Kediri.

Begitu pula dalam bidang kesusastraan pertumbuhan maju pesat bahkan memiliki nilai yang sangat tinggi. Ini menandakan bahwa kerajaan Majapahit di bawah pemerintahan raja Hayam Wuruk dan Gajahmada sangat luar biasa pengamhnya, tidak hanya bagi kebesaran Majapahit. Tetapi, motivitas masyarakatnya pun bertambah dan berkembang pula. Sejalan dengan terbitnya kitab-kitab mahakarya. seperti karya Mpu Prapanca pada tahun 1365 berhasil menghimpun riwayat kerajaan Singasari dan Majapahit dalam kitab Nagarakertagama sebagai sumber sejarah utama kerajaan Singasari dan Majapahit. kemudian seorang lagi pujangga yang bemama Mpu Tantular berhasil menggubah kitab Sutasoma dan Arjunawiwaha. Bahkan dari kitab itu pula terdapat suatu slogan sangat terkenal dikalangan bangsa Indonesia saat ini yang tercantum dalam lambang negara Republik Indonesia, yakni Bhineka Tunggal Ika.
Setelah mengabdi hampir lima puluh tahun lamanya kepada kerajaan Majapahit. akhirnya Mahapatih Gajahmada wafat pada tahun 1364Masehi.

5.   Keruntuhan Majapahit
Sepeninggal Gajah Mada banyak menimbulkan kesulitan terutama di dalam mengatur dan mengendalikan roda pemerintahan kerajaan Majapahit yang begitu luas.
Kemudian pada tahun 1389 Masehi, raja Hayam Wuruk wafat dan beliau digantikan oleh putrinya, bemama Kusuma Wardhani dibantu oleh suaminya bernama Wikramawardhana. Keadaan pemerintahannya semakin tidak menentu, bahkan kerajaan Majapahit sepeninggal Gajah Mada dan Hayam Wuruk dalam keadaan terjepit, karena timbul pemberontakan untuk merebut kekuasaan yang kemudian dikenal dengan nama perang Paregreg dilakukan oleh Bhre Wirabhumi putra Hayam Wuruk dari seorang selimya yang merasa lebih berhak atas tahta kerajaan Majapahit. Pada akhirnya pemberontakan Paregreg tersebut dapat ditumpas, tetapi akibatnya semakin melemahkan kedudukan Majapahit itu sendiri sehingga perhatiannya terhadap wilayah-wilayah terutama di luar Jawa menjadi lengah. Dengan sendirinya banyak daerah tersebut melepaskan diri dari pengaruh dan ikatan dengan Majapahit. Ketika Suhita menggantikan ayahnya Wikramawardhana menjadi ratu pada tahun 1429 Masehi. Majapahit yang besar dan bersatu tidak utuh lagi. Majapahit sudah menjadi kerajaan kecil. Pemerintahan ratu Suhita berlangsung dari tahun 1447 sampai 1451Masehi.
Bagaimana keberadaan kerajaan Majapahit selanjutnya tidak diketahui dengan pasti. Hanya kemudian pada tahun 1478 Masehi raja Daha atau Bhre Daha yang bergelar Bharata Prabu Girindrawardhana berhasil menaklukan Kertabumi dan sekaligus merebut Majapahit. Berdasarkan keterangan prasasti yang dibuat pada tahun 1486 Masehi, beliau bergelar sebagai raja Wilwatika Daha Janggala Kadiri I (Wilwatika dapat disamakan dengan Majapahit). Masa pemerintahan raja Girindrawardhana dan kerajaan Majapahit tidak diketahui dengan pasti.
Bersamaan dengan semakin melemahnya kerajaan Majapahit, pertumbuhan dan perkembangan kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara pesat sekali. Begitu pula di Jawa Tengah berdiri pula kerajaan yang bersendikan Islam, yaitu kerajaaan Demak. Bahkan menurut perkiraan akibat semakin meluasnya pengaruh agama Islam di pulau Jawa, pusat pemerintahan kerajaan Majapahit telah pindah ke Kahuripan, kemudian ke Daha. Sedangkan menurut berita-berita dari bangsa Portugis yang pernah datang ke Indonesia dalam rangka perdagangan dengan bangsa kita mengatakan, bahwa pada tahun 1522 Masehi kerajaan Majapahit masih berdiri, tetapi sudah menjadi sebuah kerajaan kecil.

No comments:

Post a Comment