Wednesday, 26 October 2016
Peristiwa Angkatan Perang Ratu Adil (APRA 23 Januari 1950) di Bandung
Dalam kebijakan pemerintah pusat membentuk APRIS (Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat), terjadi pertentangan di beberapa daerah. Salah satunya di Bandung. Peristiwa ini seolah-olah merupakan “bom waktu” yang diciptakan Belanda melalui KMB. Ini terbukti dari tuntutan sebuah angkatan perang yang bernama Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) kepada RIS dan Negara Pasundan, agar Negara Pasundan tidak dibubarkan. Kemudian, APRA yang beranggotakan bekas “KNIL” berkehendak agar diakui sebagai Angkatan Perang Negara Pasundan, bukan Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat.
Tentu saja, tuntutan tersebut tidak dihiraukan oleh pemerintah RIS. Hal tersebut menimbulkan kemarahan APRA. Pada tanggal 23 Januari 1950, mereka melancarkan serangan terhadap kota Bandung. Gerombolan itu dipimpin oleh Kapten Raymond Westerling. Ia sebelumnya telah melakukan gerakan pembunuhan masal terhadap rakyat Sulawesi Selatan.
Tiba-tiba saja, sepasukan tentara APRA memasuki Jl. Braga, dan menembaki orang-orang yang sedang belanja, terutama sasarannya adalah anggota-anggota TNI.
Mereka membunuh dan merampok harta benda rakyat, dan membunuh.anggota TNI yang sedang berbelanja. Korban banyak yang berjatuhan, antara lain Letkol. Lembong. Setelah mereka membunuh dan merampok, mereka menghilang begitu saja. Mungkin kembali ke markasnya.
Yang menjadi sasaran mereka adalah Markas Siliwangi, yang sekarang dipergunakan Museum Perjuangan Mandala Wangsit Siliwangi. Pada saat akan memasuki markasnya, tiba-tiba saja Letnan Kolonel Lembong dihujani peluru. Ia gugur seketika. Untuk menghormatinya jalan tempat markas Siliwangi berada oleh Pemerintah Daerah diberi nama Jalan Lembong.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment