Wednesday, 26 October 2016
Perkembangan Gerakan Non Blok dan peran Indonesia.
Ikut sertanya Indonesia dalam Gerakan Non Blok bukan sekadar ikut-.ikutan. Politik bebas aktif Indonesia bukanlah netralisme.Gerakan non blok (Non Olignment) juga tidak netral, melainkan aktif.
Politik “bebas aktif dan “non alignment” adalah sama-sama aktif, merupakan subjek yang aktif dalam menghadapi peristiwa-peristiwa Internasionat. Itu sebabnya diplomasi Indonesia senantiasa diarahkan untuk menempatkan Indonesia pada posisi subjek dan tidak mau menjadi objek politik negara-negara lain dalam pergolakan politik Internasional. Gerakan Non alignment tidak ingin terombang-ambing di tengah-tengah tarikan di antara negara-negara berebut pengaruh. Sebelum Presiden Nasser (Mesir) dan Presiden J.B Tito (yugoslavia), untuk pertama kalinya mengemukakan niatnya mengadakan Konperensi Tingkat Tinggi (KTT) negara-negara non blok, secara konsepsional, garis politik Indonesia telah menganut seperti gerakan non-alignment.
Bukti-buktinya, adalah:
a. RI tak mau mengikatkan diri pada fakta-fakta militer yang ada (SEATO, MSA), bahkan berusaha menghapuskan atau setidak-tidaknya mengurangi ketegangan-ketegangan Internasional yang lahir karena pertentangan dua Blok Dunia.
b. Menjauhkan diri dan meninggalkan pola penyelesaian sengketa dengan cara kekerasan, malah sebaliknya mengutamakan saluran perundingan.
c. Anti penjajahan dan menghendaki pergaulan antara bangsa dan antar negara atas dasar prinsip-prinsip hidup berdampingan secara damai, di mana penghormatan terhadap integritas wilayah, kemerdekaan, kedaulatan dan kebebasan memiliki sistem sosial, hams dijunjung tinggi.
Tiga hal tersebut merupakan tonggak-tonggak penting dan memberi arah pada kemudi diplomasi Indonesia. Sikap ini secara spektakuler telah ditunjukkan Indonesia oleh sukses diplomasi Indonesia dalam menggalang solidaritas bangsa-bangsa di forum Konferensi Asia-Afrika.
Itu sebabnya dikatakan bahwa keikutsertaan Indonesia dalam gerakan non blok tidak sekedar ikut-ikutan, melainkan aktif menjadi sponsor bersama negara-negara Yugoslavia, Mesir, India, Afganistan, dan Indonesia.
Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Non Blok I ini dilaksanakan di Beograd pada 6 September 1961. Dua puluh lima negara berkembang yang tak mau terseret dalam pengelompokan blok Barat dan Blok Timur, berusaha turut meredakan ketegangan Dunia, Dengan bersatu-padu mereka menghimpun kekuatan agar mempunyai pengaruh dalam percaturan politik dunia.
Hasil-hasil KTT Non Blok bersumber dari pemyataan kebijaksanaan politik ketua-ketua delegasi, yang umumnya menunjuk pada adanya:
1. Bahaya peperangan.
2. Perlu adanya perundingan antara Amerika serikat dengan Uni Soviet untuk membina perdamaian.
3. Perlu adanya larangan uji coba nuklir
4. Perlu dilaksanakannya prinsip koeksistensi
5. Perlu adanya perubahan struktur pimpinan Sekretariat PBB
6. Perlu lekas hapusnya kolonialisme dan imperialisme
7. Perlu adanya kerja sama di bidang ekonomi.
Akhirnya, Konferensi mengutus Presiden Soekarno dan Presiden Medibo Keita untuk menyampaikan surat kepada Presiden Kennedy, dan PM. Nehru kepada PM. Nikita Kruchev.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment