Wednesday, 26 October 2016
Peristiwa Pemberontakan DI/TII
Peristiwa ini diawali suatu proklamasi oleh Sekarnaji Marijan Kartosuwiryo pada tanggal 7 Agustus 1948. Selanjutnya, dalam bab ini kita akan membahas tindakan-tindakan yang dilakukan pemerintah dalam menanggulangi tingkah laku SM. Kartosuwiryo.
Pendekatan tidak resmi yang dilakukan Ketua Partainya (Masyumi), malah dijawab dengan Proklamasi pada tanggal 7 Agustus 1949. Di bulan September, sekali lagi Mohammad Natsir mengajaknya untuk kembali ke pangkuan Pertiwi, tetapi tidak membawa hasil apa-apa. Pengacauan mulai dilakukan di Jawa Barat melalui teror, perampokan dan pembunuhan.
Karena Pemerintah mulai meningkatkan perjuangan untuk merebut Irian Barat, maka operasi-operasi penumpasan gangguan keamanan di dalam negeri mulai ditingkatkan; Dilancarkanlah di Jawa Barat “Operasi Pagar Betis”, suatu operasi yang melibatkan seluruh rakyat, untuk mempersempit ruang gerak gerombolan Kartosuwiryo.
Operasi pagar betis membawa hasil. Satu per satu anak buah serta pemimpinnya, menyerahkan diri bersama senjatanya. Pada, tanggal 4 Juni 1962, SM. Kartosuwiryo yang telah ditinggalkan sebagian besar anak buahnya tertangkap beserta keluarganya, di atas Gunung Geber, daerah Paseh Majalaya, dalam keadaan sakit. Operasi Pagar betis, dilancarkan pasukan Siliwangi dalam rangka “Operasi Bharayudha.”
Setelah sembuh dari sakitnya, SM. Kartosuwiryo diajukan ke muka Mahkamah Angkatan Darat dalam keadaan perang, dan pada tanggal 16 Agustus 1962 dijatuhi hukuman mati. Berakhirlah pemberontakan DI/TII di Jawa Barat.
Gambar 3.18. Sekarmadji Marijan Kartosuwirjo ditangkap hidup-hidup di Gunung Geber, Majalaya, Jawa Barat, pada tanggal 4 Juni 1962. Sumber: 30 Thn Ind Merdeka
c. Penumpasan NII/TII di tempat lain
1) Di Jawa Tengah dilancarkan operasi “Gerakan Banteng Negara” dan satuan-satuan Diponegoro tahun 1950 pimpinan Kolonel Sarbini, kemudian Letkol Bachrum dan akhimya Letkol. A.Yani.
2) Di Kebumen, “Operasi Guntur” dilancarkan tahun 1954, dan anggota-anggota NII dapat dicerai-beraikan.
3) Di Sulawesi, misi militer pimpinan Kol. Kawilarang baru pada bulan Februari 1965 dapat menyergap dan menembak mati Kahar Muzakkar, dan gerakannya ditumpas habis.
4) Di Aceh, atas inisiatif Kolonel Yasin, Pangdam I bukit barisan diadakan “Musyawarah Kerukunan Rakyat Aceh” yang didukung rakyat dan Pemerintah Daerah Aceh, sehingga pemberontakan bisa diselesaikan melalui musyawarah.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment